Perjalanan India memerangi pandemi Covid 19 agaknya masih panjang. Kini, negara tersebut telah melampaui Brasil untuk menjadi negara yang terdampak paling parah kedua di dunia. Rekor baru India, sebanyak 90.802 kasus konfirmasi positif telah tercatat dalam 24 jam terakhir pada Senin (7/9/2020) kemarin.
Sehingga, menurut data Kementerian Kesehatan setempat, jumlah kasus Covid 19 di India menjadi 4.204.613. India hanya memerlukan waktu selama 13 hari untuk menaikkan angka dari 3 juta menjadi 4 juta kasus corona. Sedangkan Brasil, kala itu membutuhkan 25 hari dan Amerika Serikat membutuhkan waktu 16 hari.
Dengan catatan harian di angka 90.000, India memiliki rekor tingkat infeksi tertinggi di dunia. Menurut data Kementerian Kesehatan setempat, kurang dari seperempat kasus ini tergolong aktif dan tingkat pemulihannya lebih dari 77 persen. Kendati demikian, tingkat kematian di India mungkin tergolong rendah yakni berada di angka 1,7 persen.
Bahkan, angka tersebut menjadi salah satu tingkat terendah di dunia. Sejauh ini, angka terbaru menunjukkan lebih dari 72.000 orang telah dilaporkan meninggal karena virus corona. Hingga kini, para ahli pun masih mempertanyakan mengapa tingkat kematian di negara tersebut sangat rendah.
Namun, ada beberapa ahli yang menjelaskan soal kemungkinan alasan yang potensial. Seperti populasi di India yang lebih muda, jenis Covid 19 yang berpotensi kurang ganas, sistem kekebalan yang kuat hingga tingkat panas yang tinggi di negara itu. Diketahui, pemerintah India telah meningkatkan kemampuan pengujiannya dengan lebih dari satu juta pengujian setiap hari.
Oleh sebab itu, hal tersebut merupakan salah satu alasan lonjakan dalam kasus harian. Tetapi yang mengkhawatirkan, sejumlah besar kasus corona muncul di kota kota kecil dan pedesaan di India. Dr Harendra Kushwaha, penanggung jawab tim tanggap cepat Covid 19 di Indirapuram, Ghaziabad, India menceritakan soal bagaimana dirinya memerangi virus.
Ia menjelaskan, timnya mengawasi dua daerah, Makanpur dan Kinauni yang terdiri dari hampir 200.000 orang. Tim yang terdiri dari 80 orang ini bertugas menyaring dan mensurvei mereka yang tinggal di daerah rentan. "Ini adalah pejuang corona yang mempertaruhkan hidup mereka untuk bertemu pasien COVID 19 dan keluarga mereka."
"Orang orang tidak tahu apakah mereka membawa virus dan mungkin menyebarkannya tanpa pandang bulu. Kita harus memutus rantai," ujar Dr Kushwaha, dikutip dari , Selasa (8/9/2020). Berbekal termometer, oksimeter, pembersih, dan obat obatan, mereka memeriksa statistik vital dari mereka yang hidup dalam radius 100 meter dari sebuah kasus. "Kami semua sangat terganggu oleh virus ini. Tim tim ini menyebarkan kesadaran dan memperingatkan orang orang dengan datang ke rumah kami. Ini sangat penting dan membuat perbedaan besar," ungkap salah seorang penduduk bernama Anand Dubey.
Menurut laporan, sistem perawatan kesehatan masyarakat di India sangat tidak memadai dan infrastrukturnya pun rusak. Padahal, selama beberapa dekade, pemerintah telah menghabiskan lebih dari 1 persen dari PDB untuk perawatan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, duaa pertiga populasi di India bergantung pada perawatan medis swasta yang mahal. Namun penyakit ini dapat menguras tabungan dan mendorong keluarga ke dalam jurang kemiskinan.
Orang miskin adalah yang paling rentan di masa masa sulit ini, sebab pandemi telah membuat hidupnya semakin sulit. Bagi mereka yang bekerja di sektor informal, yang merupakan hampir 80 persen dari populasi pekerja di negara itu. Menjalani tes di rumah sakit bisa berarti kehilangan pekerjaan sehari.
Sehingga, klinik uji keliling gratis sangat penting untuk masyarakat di India.